BERJUANGLAH UNTUK KESUKSESAN MASA DEPANMU !

Sebaik-baik mahkota adalah AKHLAQ, dan sebaik-baik jubah ialah kesederhanaan, sedangkan sebaik-baik kedudukan ialah amalanmu sendiri!

Sinkretisme Budaya

Sinkretisme Budaya
Oleh : ALI IMRON – Institut Agama Islam Negeri Surakarta


Ringkasan

Seiring dengan berkembangnya jaman, kebudayaan asli suatu daerah tak lagi menampakkan keasliannya. Ini dikarenakan adanya budaya-budaya asing yang masuk dan berusaha menggantikan posisi kebudayaan asli setempat, namun disisi lain kebudayaan asli tidak begitu dengan mudahnya lenyap begitu saja. Dari sinilah terjadi sebuah penyesuaian atas dua unsur yang berbeda dan saling berlawanan yang berkombinasi, sehingga memunculkan sebuah unsur yang baru dan berbeda dari unsur sebelumnya. Proses inilah yang disebut sinkretisasi, yang menghasilkan sebuah sinkretisme budaya.



_ _ _ _ _ _ _



Pada pertemuan kali ini saya akan mencoba mengutarakan pendapat saya mengenai sinkretisme budaya, sebagai wujud tanggapan saya terhadap sebuah bab yang berjudul “Mitos dan Sinkretisme Islam di Jawa”.
Dalam dunia atropologi, tentunya tidaklah asing dengan istilah sinkretis, sinkretisasi, dan sinkretisme. Sinkretis adalah sebuah penyesuaian keseimbangan antara dua unsur yang berbeda, yakni antara unsur-unsur asli dengan unsur-unsur asing. Sedangkan, sinkretisasi adalah sebuah proses untuk mengombinasikan dan menyesuaikan antara dua atau lebih unsur yang berbeda, yakni unsur asli dan unsur asing yang saling berlawanan sehingga menimbulkan unsur yang baru. Dan sinkretisme itu sendiri adalah hasil dari proses sinkretisasi.
Indonesia adalah negara yang luas dan memliki beragam kebudayaan yang unik di setiap daerahnya. Lahirnya kebudayaan yang unik di setiap daerah itu sendiri dipengaruhi oleh pola kehidupan masyarakat yang mendiami wilayah setempat. Di pulau Jawa, seperti yang telah kita ketahui, pada jaman dahulu sangat kental sekali mitos-mitos yang beredar, karena pada masa itu keyakinan yang dianut adalah keyakinan yang masih bersangkut-paut dengan hal-hal mistis. Sehingga, wajar sekali jika kebudayaan-kebudayaan yang lahir pada saat itu dirasa oleh manusia jaman sekarang ini sangatlah tidak masuk akal, karena upacara adat kegiatan unik yang lainnya selalu dihubungkan dengan arwah nenek moyang atau para dewa-dewa. Walaupun demikian, tidak bisa dipungkiri lagi keberadaannmya, karena sejarah sudah mencatat bahwasannya kebudayaan hindu adalah kebudayaan yang masuk pertama kali di Jawa bersamaan dengan ajaran atau agama yang diusungnya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, islam mulai muncul dan melekatkan kebudayaannya secara perlahan. Wali songo, adalah sebuah sebutan untuk sembilan wali yang bertugas menyiarkan agama islam di tanah pulau jawa. Keberadaan wali yang menyebarkan ajaran islam (yang pada saat itu masih tergolong sebagai ajaran yang baru) di pulau jawa nampaknya bisa diterima, dan tidak dirasakan masuknya ajaran itu karena wadah yang digunakan para wali pada saat itu adalah hal-hal yang masih berkaitan dengan kepercayaan hindu, namun isinya telah dimodivikasi atau dirubah dengan ajaran-ajaran islam. Mulai dari sinilah terjadi sebuah sinkretisasi, dan melahirkan aliran yang baru, dalam hal ini adalah ajaran islam jawa.
Munculnya islam di jawa, membuat keaslian kebudayaan jawa perlahan-lahan mulai luntur, dan tergantikan oleh ajaran-ajaran islam yang mulai bisa diterima oleh masyarakat jawa. Keberadaan Sunan Kalijaga di sini mempunyai pengaruh peran yang begitu besar bagi perkembangan agama islam yang ada di tanah jawa. Tak heran jika pengaruh perannya yang begitu hebat itu mampu mengubah sedikit demi sedikit keyakinan masyarakat jawa yang notabenenya menganut kepercayaan hindu-budha menjadi masyarakat yang tiap-tiap individunya memeluk agama islam, meskipun tidak semuanya yang masuk agama islam. Adapun kebudayaan islam yang ada di jawa itu sendiri tidak bisa sama persis dengan kebudayaan islam yang ada di Arab Saudi sana, ini disebabkan karena adanya sinkretisme budaya yang terjadi antara kebudayaan islam dengan kebudayaan jawa yang sudah terlebih dahulu melekat di masyarakat jawa.
Dengan adanya sebuah mitos yang berkembang di masyarakat jawa, islam menjadikannya sebuah wadah atau sarana untuk menghubungkan antara ajaran-ajaran islam itu sendiri yang mungkin akan dianggap baru oleh masyarakat jawa pada masa itu dengan cerita-cerita yang dibangun pada masa hindu-budha (pra -islam). Melalui cara yang demikian pada masa itu, ajaran islam dapat diterima oleh masyarakat jawa dan terus berkembang sampai sekarang.
Namun, dengan terjadinya sinkretisme budaya ini di masa lampau dan terus berkembang sampai saat ini, memunculkan sebuah dampak yang mengakibatkan kesulitan-kesulitan pada era modern ini dalam membedakan mana kebudayaan jawa dan mana kebudayaan islam yang sebenarnya. Permasalahan-permasalahan yang timbul seperti saat ini akan terus bermunculan seiring dengan perkembangan jaman beserta unsur-unsur baru yang ada di dalamnya, yang menuntut untuk melakukan suatu perubahan pada unsur-unsur ajaran yang telah ada dalam masyarakat.
Semua permasalahan pembaharuan unsur-unsur yang akan muncul di masa mendatang tergantung oleh masyarakat jawa itu sendiri, apakah masyarakat jawa akan menerima dan mengikuti unsur-unsur kebudayaan islam yang sesungguhnya, tentunya ini nantinya akan berbeda dengan kebudayaan islam jawa. Atau apakah akan tetap mempertahankan unsur-unsur yang sudah terkombinasikan dalam budaya islam jawa itu sendiri.
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Genius | Ali Imron | Ali Imron
Copyright © 2014. Ali Imron - All Rights Reserved
Template Created by Genius Published by Ali Imron
Proudly powered by Blogger