BERJUANGLAH UNTUK KESUKSESAN MASA DEPANMU !

Sebaik-baik mahkota adalah AKHLAQ, dan sebaik-baik jubah ialah kesederhanaan, sedangkan sebaik-baik kedudukan ialah amalanmu sendiri!

Makna Bencana Bagi SANTANA (Santri Tanggap Bencana)

 Tanggapan setiap orang mengenai terjadinya suatu bencana sangatlah beragam dan berbeda-beda, perbedaan ini disebabkan oleh tingkat pendidikan dan latar belakang mereka. Namun pada dasarnya hanya ada tiga kemungkinan bencana atau musibah itu terjadi, yang pertama adalah Allah memberikan dan menjadikan suatu bencana sebagai ujian bagi hamba-hambanya. Yang kedua, Allah memberikan suatu bencana karena Allah murka. Dan yang ketiga, Allah menghendaki bencana yang terjadi adalah bagian dari proses alam.
 Allah menciptakan manusia di bumi ini bukan tanpa suatu masalah sedikitpun, namun Allah telah mempersiapkan permasalahan-permasalahan yang sangat kompleks sekali beserta jalan keluarnya untuk mengatasi masalah tersebut. Seperti halnya Allah memberikan bencana atau musibah pada suatu kaum atau kelompok tertentu beserta jalan keluar berupa bangkitnya kembali rasa semangat mereka. Permasalahan ini di maksudkan supaya kita menjadikan permasalahan-permasalahan tersebut sebagai pembelajaran kita semua, baik permasalahan itu yang mengalami adalah kita sendiri secara langsung maupun orang lain. Kita sebagai umat muslim harus pandai memahami dan memaknai setiap bencana atau musibah yang terjadi disekitar kita. Kita dapat memaknai terjadinya suatu bencana dari dua sudut pandang, yakni secara teologis dan proses alam. Makna Secara Teologis Dari segi keberadaan agama, jika digunakan untuk menganalisis atau memaknai setiap peristiwa-peristiwa berupa bencana yang terjadi di sekeliling kita, maka di sini kita akan menemukan dua kemungkinan pemaknaan terjadinya suatu bencana atau musibah, yang pertama ialah bahwasannya agama memandang setiap bencana yang diberikan Allah adalah suatu ujian untuk mengangkat derajat hamba-hambanya yang benar benar bertakwa kepada-Nya. Dan yang kedua, bahwasannya agama memandang suatu bencana sebagai bentuk azab atau kemurkaan Allah SWT. Sebetulnya masing-masing dari dua kemungkinan pemaknaan terjadinya suatu bencana tersebut dapat kita bedakan, mana bencana yang bisa dikatakan sebagai ujian dan mana bencana yang dikatakan sebagai bentuk kemurkaan Allah. Kita dapat membedakannya dari segi penyebabnya. Menurut saya pribadi, kita memang diperbolehkan mengatakan suatu bencana yang terjadi itu sebagai bentuk kemurkaan Allah. Namun sebelum kita memvonis bahwa itu sebagai bentuk murka Allah, Kita perlu melihat terlebih dahulu sebab-sebab yang mungkin melatar belakangi terjadinya bencana tersebut. Contohnya seperti bencana yang ditimpakan Allah kepada kaum nabi Nuh a.s. Jika kita menempatkan diri sebagai orang lain dalam kisah nabi Nuh, kita dapat mengatakan bencana itu sebagai bentuk kemurkan Allah karena sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya bencana tersebut adalah mereka (kaum nabi Nuh a.s ) menolak untuk beriman kepada Allah. Sehingga, Allah murka kepada mereka dan kemudian Allah menimpakan azab kepada mereka. Yang kedua, kita bisa menganggap suatu bencana yang menimpa kita itu adalah suatu ujian dari-Nya. Tentunya ada sebab-sebab yang melatar belakanginya, sehingga pada akhirnya kita bisa mengatakan bahwasannya itu sebagai bentuk ujian dari-Nya. Tentunya kita dapat melihatnya dari segi keberadaan kita, apakah kita menyeleweng dari perintah-perintah yang telah ditetapkan-Nya atau tidak, dan seberapa dekatnya kita kepada Allah melalui jalan intorspeksi diri. Kita baru bisa menyimpulkannya sebagai sebuah ujian sesudah bencana atau musibah itu menimpa kita. Jadi kita tidak bisa di awal-awal terjadinya musibah mengatakan bahwa itu sebuah ujian dari-Nya, kita haruslah mengintrospeksi terlebih dahulu apa kesalahan-kesalahan kita, seberapa dekat kita dengan-Nya, dan lain-lain. Kita kembali mengambil sebuah contoh dari kisah nabi Nuh a.s. Jika kita menempatkan diri kita di posisi nabi Nuh a.s, setelah kita mengintrospeksi diri kita pribadi, kita dapat menarik kesimpulan bahwasannya itu sebagai suatu ujian dari-Nya, dimana kita diuji kesabaran, ketaatan kepada Allah, dan keikhlasan kehilangan keluarga kita. Jadi kesimpulannya, menurut saya kita tidak bisa dengan mudahnya mengatakan atau memvonis terjadinya suatu bencana itu sebagai sebuah ujian atau sebagai bentuk murka Allah saja, kita harus melihat terlebih dahulu penyebabnya. Makna Natural Makna natural yang dimaksud adalah pemaknaan berdasarkan proses alam yang berlangsung. Jika melihat dari segi natural, setiap bencana yang terjadi adalah salah satu bagian dari siklus alam dalam proses keberlangsungannya. Ada dua faktor penyebab terjadinya suatu bencana yang didasarkan pada proses alam, yaitu faktor proses alam itu sendiri dan faktor keberadaan manusia. 1. Faktor proses alam Faktor ini disebabkan karena proses alam itu sendiri. Sehingga, bencana-bencana yang terjadi, seperti erupsi gunung berapi, meletusnya gunung berapi, gempa bumi, tsunami, dan lain-lain, adalah suatu hal yang wajar karena itu adalah bagian dari proses alam. 2. Faktor keberadaan manusia Faktor ini disebabkan karena ulah manusia, sehingga alam menyesuaikan keadaan yang tengah terjadi, contohnya adalah kebiasaan manusia yang membuang sampah tidak pada tempatnya (di selokan, sungai, dll), akibatnya sampah-sampah menumpuk di mana-mana dan membuat selokan-selokan tersumbat, sehingga terjadi banjir karena aliran air yang seharusnya berjalan lancar menjadi tersumbat. Inilah yang disebut alam menyesuaikan pada keadaan yang tengah terjadi. Namun jika kita mencoba memaknai dari segi natural lebih dalam lagi, sebetulnya bencana yang terjadi di sekitar kita adalah suatu bentuk teguran dari alam yang mencoba memperingatkan kepada kita bahwa ada yang salah dengan sikap dan kebiasaan kita, yang kita terapkan pada alam atau lingkungan disekitar kita. Dan bukan berarti, bencana yang terjadi disekitar kita tidak ada campur tangan dari Allah, karena segala sesuatu yang ada di bumi ini digerakkan dengan kekuatan-Nya, sehingga segala sesuatu yang terjadi seluruh alam ini tergantung pada ridho-Nya, meskipun manusia mengira dan menganggap alam dan seisinya sudah seharusnya mengalami proses-proses alam yang kita sebut-sebut sebagai bencana alam sebagai suatu akibat atau imbas ulah manusia, namun jika Allah belum menghendaki untuk terjadi, maka tidak akan terjadi.
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Genius | Ali Imron | Ali Imron
Copyright © 2014. Ali Imron - All Rights Reserved
Template Created by Genius Published by Ali Imron
Proudly powered by Blogger