Indonesia merupakan negara yang kaya, kaya akan sumber daya alamnya maupun kekrativitasannya. Namun, yang nampak di Indonesia sekarang ini adalah kemiskinan kreativitas. Hal ini tentunya tidak bisa kita anggap sebagai suatu masalah yang kecil atau kita remehkan. Karena untuk membangun dan memajukan negeri ini, kita membutuhkan individu-individu yang aktif dalam mengekspresikan kreativitasnya. Aktif atau tidaknya kreativitas yang dimiliki oleh suatu bangsa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang semuanya itu saling berkaitan, dan tidak bisa diremehkan atau diabaikan begitu saja setiap faktornya. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor keberanian, kebebasan, dan tingkat kemalasan individu.
Sejak dari jaman penjajahan hingga
merdeka dan bahkan sampai sekarang, negara kita mengalami krisis kreativitas
yang sangat memprihatikan. mungkin bukan hanya saya saja yang akan mengatakan
demikian, bahkan mungkin anda juga akan mengatakan hal yang sama. Bagaimana
tidak memprihatinkan? Hampir keseluruhan yang ada di indonesia ini bukan hasil murni
buah pikir bangsa indonesia sendiri. Lantas hasil pemikirannya siapa semua yang
ada di Indonesia ini? adalah mereka yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang
maju, jiwa kreativitas yang tinggi, dan keberanian. Tetapi yang sangat
disayangkan, mereka bukanlah penduduk asli pri bumi. Bangsa kita ini hanya
senang menikmati saja, tetapi tidak mau untuk berusaha atau membuatnya. Salah
satu contohnya saja adalah dalam hal dunia persepak-bolaan, lebih khususnya
lagi adalah “proses naturalisasi pemain”. Di sini terlihat jelas kemiskinan
kreativitas Indonesia dalam hal mengolah dan mendidik pemain-pemain, indonesia
lebih senang merekrut pemain yang bagus dan sudah matang. Di sini terlihat
bahwa bangsa kita hanya mau “terima jadi”. Sangat menyedihkan apabila kondisi
ini terus-menerus dan berlarut-larut terjadi, atau bahkan sampai menjadi sebuah
tradisi yang turun-temurun. Tentunya kita sebagai generasi penerus bangsa tidak
menginginkan hal buruk itu terus berkembang di negara kita.
Menurut saya, terjadinya kemunduran
atau bahkan bisa dibilang ketidak-aktifan kreativitas bangsa kita ini
disebabkan oleh dua hal.
Yang pertama adalah tidak adanya keberanian di dalam diri setiap
individu untuk mengekspresikan kreativitasnya, padahal negara kita memberikan
kebebasan yang sebebas-bebasnya kepada setiap individu untuk berkreasi
semaksimal mungkin, selagi itu tidak menyalahi atau melanggar hukum yang
berlaku.
Yang kedua adalah kebebasan tiap-tiap individu yang mulai dibatasi.
Memang ada beberapa hal yang tidak diberikan kebebasan di negara kita ini.
taruhlah contohnya seperti cara berpakaian, di Indonesia memang membatasi itu,
karena di Indonesia sangat kental sekali kebudayaannya, norma-normanya, dan
adat istiadatnya. Agama pun juga membatasi kebebasan tersebut, apa lagi jika
islam dijadikan sebagai salah satu sudut pandang dari segi agama. Dalam islam
itu sendiri, ketentuan-ketentuan cara berpakaian itu sudah ada, dan hal
tersebut menjadi sebuah hukum yang mengatur para pemeluknya. Namun, saya
pribadi menolak dengan keras apabila agama divonis menjadi salah satu faktor
yang membatasi sepenuhnya kekreativitasan setiap individu. Islam tetap memperbolehkan
setiap pemeluknya untuk mengekspresikan kreativitasnya, seperti contohnya di
bidang seni lukis ada kaligrafi, di bidang seni suara ada tilawah, di bidang
olahraga ada olahraga berkuda, dan lain-lain. Islam tidak membatasi sepenuhnya
kekreativitasan suatu bangsa, hanya ada beberapa saja yang terpaksa harus
dibatasi karena bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku dalam islam.
Dan satu lagi faktor yang menyebabkan kemunduran kekreativitasan
bangsa ini, adalah kemalasan yang dibiarkan hingga mengakar kuat di
dalam diri setiap individu. Kata “malas” ini memang sepele bukan? padahal
hanyalah sebuah kata yang amat sepele, namun dalam wujud aslinya manusia
sendiri dibuat hingga kewalahan mengatasi masalah ini. Bagaimana bangsa kita
bisa maju dengan segala kekreativitasan yang sebenarnya sudah digenggam oleh
setiap individu di bangsa ini, kalau masih melestarikan sifat malas? Sudah
saatnya, kita sebagai penerus bangsa bangkit untuk berkarya, berimajinasi, dan
mewujudkan semua kreativitas kita itu dengan penuh keberanian. Jadi, saya
sependapat dengan Darmanto yang mengatakan bahwa untuk memahami kreativitas kita
perlu memahami realitas, manusia, serta seluruh kompleksitas yang membangun
konsep ini, seperti: Kebebasan, courage (keberanian), imaginasi, bahkan perlu diperhatikan rasa.
Permasalahannya adalah indonesia sendiri sekarang ini terlalu sibuk
mengejar ketertinggalannya dari negara-negara lain sebagai dampak penjajahan
yang dialaminya dahulu kala. Ibarat sebuah kereta, Indonesia itu hanya berusaha
menjadi gerbongnya saja, agar tetap bisa mengikuti kemana arah kereta itu
melaju. Atau dalam artian lain, Indonesia hanya berusaha supaya tetap bisa
mengikuti perkembangan yang ada. Padahal, sebenarnya indonesia sendiri bisa
memimpin perkembangan dunia, dengan catatan jika Indonesia mengalihkan
perhatiannya untuk memberikan kesempatan dan membantu mewujudkan terlaksananya
kreativitas-kreativitas yang dimiliki bangsanya. Kenapa bisa dikatakan seperti
itu? Karena sebenarnya, faktor-faktor yang menentukan kemajuan suatu negara itu
semua mempunyai titik akar yang sama, yaitu kekreativitasan. Kita mencoba
melihat kekreaativitasan sebagai faktor di sektor ekonomi, ekonomi suatu negara
itu bisa berkembang dengan baik dan menjadi ekonomi yang maju itu tergantung
pada tingkat kekreativitasan setiap individu di negara tersebut. Contoh
sepelenya saja adalah berjualan air minum, apa lagi perusahaan air minum yang
sudah sangat kita kenal saat ini adalah perusahaan air minum AQUA. Hanya orang
yang benar-benar kreatif yang mau memanfaatkan peluang yang ada untuk memajukan
perekonomiannya.
Tidak mudah untuk mewujudkan kesadaran-kesadaran itu, memerlukan
proses yang bertahap untuk bisa menyadarkan setiap orang di negeri ini supaya
berani mengekspresikan kekreativitasannya, jika memang benar-benar bangsa ini
menginginkan sebuah kemajuan.
Post a Comment